Bogor – Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, menegaskan komitmennya untuk menjadi lumbung pangan strategis bagi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Komitmen ini diwujudkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) University di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penandatanganan dilangsungkan di Ruang Sidang Rektor 1 IPB University, Bogor, dan dihadiri langsung oleh Bupati PPU Mudyat Noor, S.Hut dan Wakil Rektor Bidang Konektivitas Global, Kerja Sama dan Alumni IPB University, Prof. Dr. Iskandar Z. Siregar pada Selasa (10/6/2025).
Dalam sambutannya, Bupati PPU menyampaikan bahwa daerahnya merupakan wilayah swasembada pangan dengan potensi besar di bidang pertanian dan perikanan. Namun, sejumlah tantangan masih membayangi, mulai dari rendahnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian, kekurangan sumber daya manusia terampil, hingga kondisi lahan yang kurang ideal karena tingkat keasaman dan kandungan zat besi yang tinggi.
“Permasalahan ini tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan biasa. Kami memerlukan intervensi teknologi dan riset berbasis sains, dan karena itu kami percaya IPB adalah mitra yang tepat. Salah satu solusi yang kami harapkan adalah pengembangan varietas padi unggul seperti Padi IPB Garuda, yang cocok untuk lahan tadah hujan dan sesuai dengan kondisi tanah di PPU,” ujar Mudyat Noor.
Ia menambahkan bahwa seiring dengan perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, kebutuhan pangan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, PPU siap menjadi daerah percontohan dan pusat ketahanan pangan di wilayah Kalimantan, bahkan di tingkat nasional. “Kami ingin menjadikan PPU sebagai startup-nya ketahanan pangan untuk IKN,” tegasnya.
Wakil Rektor IPB, Prof. Dr. Iskandar Z. Siregar, dalam kesempatan yang sama menyambut baik kerja sama ini dan menilai langkah Pemkab PPU sebagai langkah strategis yang sangat tepat. Ia mengungkapkan bahwa IPB juga telah menerima amanah dari Otorita IKN untuk mengelola Nusantara Forest seluas 302 hektare sebagai kawasan konservasi hutan tropis yang salah satunya bertujuan melestarikan hutan salahsatunya pelestarian pohon Agathis.
“Kami siap mendampingi PPU dalam pengembangan inovasi berbasis potensi lokal, termasuk pengolahan hasil pertanian dan industri seperti sawit. IPB memiliki berbagai keunggulan riset di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan yang dapat langsung diimplementasikan di daerah,” kata Prof. Iskandar.
Direktur Kerja Sama, Komunikasi dan Pemasaran IPB, Dr. Alfian Helmi, M.Sc, turut memaparkan berbagai inovasi IPB yang relevan dengan kebutuhan PPU. Salah satunya adalah Padi IPB Garuda, hasil penelitian unggulan yang dirancang untuk tahan terhadap kondisi ekstrem, dan IPB Digitani, aplikasi digital yang memberikan layanan konsultasi pertanian bagi petani secara daring. Kerja sama ini juga membuka peluang sinergi lebih lanjut dalam program-program prioritas Pemkab PPU.
Asisten Pemerintahan dan Kesra, Nocko Herlambang, mengusulkan agar program Desa Presisi yang pernah dijalankan dapat diaktifkan kembali melalui kolaborasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Ia juga menanyakan mekanisme beasiswa utusan daerah, yang dinilai penting untuk peningkatan kapasitas SDM lokal. Hal ini turut diperkuat oleh Kabag Pemerintahan, Muhtar, yang menyatakan bahwa Desa Presisi sangat bermanfaat dan diharapkan dapat berlanjut.
Menanggapi hal ini, Dr. Alfian Helmi menyampaikan bahwa IPB siap menindaklanjuti MoU ini melalui penyusunan Perjanjian Kerja Sama (PKS) teknis yang mencakup program Desa Presisi, Sekolah Pemerintahan Desa, dan Beasiswa Utusan Daerah.
“Kami berharap kerja sama ini bisa langsung berlaku efektif selama lima tahun, agar tidak terganggu oleh dinamika politik maupun pergantian kepemimpinan di daerah,” ujar Alfian.
Dengan sinergi ini, Kabupaten Penajam Paser Utara bersiap menjadi ujung tombak penyediaan pangan dan inovasi pertanian berkelanjutan untuk masa depan IKN dan Indonesia secara keseluruhan. (Adv/Humas05)