PENAJAM – Asosiasi Produsen Pestisida Indonesia (APROPI) bersama Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sukses menggelar pelatihan mengenai penggunaan pestisida yang tepat dan benar. Bertempat di Gedung Serbaguna Mandala Krida, Desa Gunung Mulia, Kecamatan Babulu, kegiatan ini menarik perhatian ratusan petani dari enam desa sekitar yakni Babulu Laut, Gunung Intan, Gunung Mulia, Gunung Makmur, Sebakung, dan Sumber Sari, Kamis (23/10/2025).
Tujuan utama digelarnya pelatihan ini adalah untuk memperkaya wawasan petani guna meminimalisir risiko dan dampak negatif dari ketidaksesuaian dalam penggunaan pestisida. Mengingat pemakaian zat kimia ini dapat berimbas serius pada kesehatan, lingkungan, dan juga konsumen, kepatuhan terhadap prosedur menjadi sangat vital.
Budi Hanafi, Kepala Kelompok Substansi (Kapoksi) Pengawasan Pestisida Kementerian Pertanian, dalam wawancaranya menekankan bahwa legalitas dan keamanan adalah hal yang mutlak.
“Yang paling utama adalah legalitasnya. Pestisida harus memiliki nomor pendaftaran,” tegas Budi Hanafi.
Nomor pendaftaran ini memastikan bahwa produk telah melalui serangkaian pengujian ketat, mulai dari Uji Kualifikasi, Uji Efektivitas Lapangan, Uji Toksikologi, Uji Residu, hingga Uji Lingkungan.
Ia juga menyoroti pentingnya label. Sesuai undang-undang, label harus tertulis dalam bahasa indonesia, dan bagi petani, label adalah panduan utama. Petani diwajibkan membaca dan memahami seluruh informasi yang tertera sebelum menggunakan pestisida.
Selain itu, aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi fokus yang tidak boleh diabaikan. Budi Hanafi mewajibkan petani untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap saat mencampur dan menyemprot. APD ini meliputi topi, masker khusus kimia/karbon aktif, kacamata pelindung, pakaian/apron tahan air, sarung tangan khusus, dan sepatu bot.
Mengenai regulasi, saat ini masih mengacu pada Permentan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pendaftaran Pestisida dan Permendag Nomor 107 tentang pengawasan pestisida. Beliau mengisyaratkan adanya rencana revisi untuk mengadopsi lebih banyak aturan internasional.
Untuk memudahkan petani dalam membeli produk yang legal, Budi Hanafi menyarankan petani memanfaatkan kemajuan teknologi.
“Petani sekarang sudah pintar, bisa dilihat ada namanya aplikasi Simple Pertanian com.id. Di sana bisa mendaftar dan nomor pendaftarannya bisa dicek,” ungkapnya.
Selanjutnya Bungsu Rusli, Executive Director APROPI, menjelaskan bahwa pelatihan di Babulu merupakan perpanjangan tangan APROPI untuk sosialisasi dari Kementan.
“Kami selalu rotasi dalam melakukan pelatihan. Setelah sebelumnya di Gorontalo untuk tanaman jagung, kali ini kita ke Babulu dan kita fokus untuk penanaman padi,” jelas Bungsu Rusli.
Meskipun fokusnya padi, ia memastikan bahwa materi yang disampaikan tetap relevan untuk tanaman lain seperti sawit dan buah-buahan yang juga banyak di Babulu. Manfaat sosialisasi ini menunjang program Presiden untuk mencapai swasembada pangan.
Bungsu Rusli sangat berharap para peserta pelatihan yang berjumlah 150 orang ini akan menjadi “role model” yang menyebarkan pengetahuan kepada petani lain, mengingat keterbatasan tempat dan jarak.
Setelah Babulu, APROPI berencana melanjutkan sosialisasi ke daerah Jawa, dengan fokus pelatihan yang mungkin mengarah pada penanganan hama tikus.
Hasil penting dari pelatihan ini adalah para peserta akan menerima sertifikat yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten PPU.
“Keuntungan memiliki sertifikat ini berlaku seumur hidup dan dia tidak perlu mengikuti pelatihan lain,” kata Bungsu Rusli.
Ia menambahkan, sertifikat ini juga berfungsi sebagai jaminan keterampilan. Petani yang memilikinya tidak perlu khawatir saat ada operasi penindakan di lapangan yang melibatkan pihak berwajib, karena mereka telah terbukti sebagai pelaku yang terampil dalam penggunaan pestisida.
Ketua Panitia, Muhammad Ikhwan Kurniawan menutup wawancara dengan menyampaikan antusiasmenya. Meskipun ini adalah kegiatan perdana di Kecamatan Babulu dan masih terdapat kekurangan dari panitia, ia berharap kegiatan ini sangat bermanfaat bagi petani agar lebih bijak dalam penggunaan pestisida di masa mendatang.
Para petani yang turut serta dalam pelatihan ini adalah petani terpilih sebagai perwakilan dari enam desa, untuk menghindari kecemburuan dari kelompok petani lain.