PENAJAM – Upaya pelestarian bahasa Paser melalui jalur pendidikan masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama di tingkat Sekolah Dasar (SD).
Salah satu kendala utama adalah minimnya tenaga pengajar yang memiliki latar belakang linguistik atau keahlian khusus dalam bahasa Paser.
Hal itu disampaikan oleh Christian Nur Selamat, Kepala Bidang Kebudayaan dan Produk Pariwisata Disbudpar PPU, Senin (13/5).
Menurutnya, pengajaran bahasa Paser di SD saat ini mengandalkan guru-guru yang berasal dari suku Paser, meskipun mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa atau linguistik.
“Kadang guru olahraga atau guru bidang lain akhirnya ditugaskan untuk mengajar bahasa Paser, karena memang keterbatasan tenaga pengajar khusus,” ujar Christian.
Saat ini, bahasa Paser telah masuk sebagai muatan lokal di sekolah, dan telah dilengkapi dengan kamus dasar. Namun, Christian menambahkan bahwa silabus pembelajaran dan panduan pengajaran (PDGI) masih belum tersedia secara lengkap.
Selain itu, bahasa Paser sendiri memiliki lebih dari 30 dialek. Meski demikian, dalam upaya standarisasi bahan ajar, dialek Paser Pematang dipilih sebagai acuan utama.
“Kita masih belum menetapkan dialek utama secara resmi, tapi dengan kesepakatan bersama, dialek Pematang dijadikan sebagai bahan ajar agar bisa menyatukan persepsi dan memudahkan proses pembelajaran,” jelasnya.
Christian berharap ke depan ada perhatian lebih dalam penguatan kapasitas guru serta penyusunan kurikulum yang lebih lengkap, agar pelestarian bahasa Paser di dunia pendidikan bisa berjalan lebih maksimal.