PENAJAM – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menegaskan komitmennya dalam melestarikan dan melindungi budaya lokal melalui payung hukum yang telah diatur dalam Perda Pemajuan Kebudayaan dan Perda Perlindungan Adat Paser.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar PPU, Christian, menjelaskan bahwa keberadaan Perda tersebut menjadi landasan penting dalam upaya pelestarian budaya Paser.
“Dalam Perda itu, kita fokus pada perlindungan dan pelestarian adat Paser yang terdiri dari tiga unsur utama: budaya keraton, pesisir, dan pedalaman,” ujar Christian, Sabtu (26/7/2025).
Menurut Christian, ketiga unsur tersebut mencerminkan keberagaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Paser. Unsur pesisir dan keraton, misalnya, banyak dipengaruhi oleh budaya Islam yang kuat, seperti terlihat pada tradisi seni tari ronggeng dan upacara adat lainnya.
“Budaya pesisir dan keraton berkembang seiring masuknya budaya Islam. Seperti seni ronggeng di wilayah pesisir, itu bagian dari akulturasi yang berlangsung sejak lama,” katanya. Ia menambahkan, wilayah PPU juga memiliki jejak sejarah sebagai bagian dari kerajaan Paser Wanjua di utara, yang turut memperkaya aspek kebudayaan keraton.
Sementara itu, budaya pedalaman juga memiliki kekhasan tersendiri yang dapat dilihat dari ritual-ritual adat seperti Belian Paser, yang masih dilestarikan hingga kini. Ritual ini diyakini sebagai salah satu bentuk kebudayaan tertua yang berkembang di pedalaman Paser.
Christian mengungkapkan bahwa keunikan budaya Paser terletak pada keberadaan tiga unsur tersebut secara bersamaan. Hal ini membedakan masyarakat Paser dengan suku-suku lain di Kalimantan yang umumnya hanya berkembang pada satu pola budaya, seperti Dayak yang identik dengan pedalaman atau Kutai yang khas dengan budaya pesisir.
“Kalau suku lain biasanya hanya memiliki satu corak budaya. Dayak misalnya di pedalaman, Kutai di pesisir. Tapi Paser punya tiga-tiganya: keraton, pesisir, dan pedalaman,” ungkapnya.
Menurutnya, kondisi tersebut menciptakan potensi budaya yang sangat kaya dan beragam untuk terus dikembangkan. Salah satunya melalui penyelenggaraan berbagai festival yang mengangkat unsur budaya masing-masing, seperti Festival Abuk-Abuk di pedalaman atau pertunjukan seni pesisir.
Christian menyebut bahwa karakter budaya Paser di PPU berkembang secara unik dibanding wilayah lain. “Meski kita masih dalam wilayah budaya Paser yang sama, PPU punya ciri khas tersendiri yang perlu terus diangkat dan diperkenalkan,” ujarnya.
Ia berharap upaya pelestarian dan pengembangan budaya Paser terus mendapat dukungan, baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat, agar warisan budaya yang kompleks dan kaya ini tetap lestari di tengah perkembangan zaman.







