PENAJAM – Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur membawa dampak besar bagi Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Selain pembangunan fisik yang masif, perhatian kini tertuju pada pelestarian budaya lokal, terutama bahasa Paser yang semakin terpinggirkan.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar PPU, Christian Nur Selamat, menyampaikan bahwa upaya pelestarian terus dilakukan. Namun, tantangan terbesar terletak pada keterbatasan anggaran dan makin sedikitnya jumlah penutur bahasa Paser.
“Kami terus berupaya merevitalisasi kebudayaan yang hampir punah, dengan melibatkan masyarakat adat dalam setiap program,” ujar Christian.
Data dari Kantor Bahasa Kemendikbudristek menunjukkan bahwa beberapa subdialek bahasa Paser telah punah. Bahkan, subdialek yang tersisa memiliki penutur kurang dari 50.000 orang, menjadikannya dalam kondisi kritis.
Christian mengingatkan pentingnya pelestarian bahasa daerah di tengah derasnya arus modernisasi. Menurutnya, pengenalan bahasa Paser kepada generasi muda perlu dilakukan melalui sekolah dan kegiatan budaya.
“Jangan sampai identitas kita hilang. Bahasa adalah jati diri. Kita harus mulai dari pendidikan untuk mengenalkannya kembali,” tegasnya.
Tak hanya bahasa, Disbudpar juga fokus pada pelestarian adat istiadat, seni, dan permainan tradisional, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Christian berharap pemindahan IKN bisa menjadi momen untuk memperkuat eksistensi budaya lokal di tengah pesatnya perubahan.