Penajam — Sultan Paser, Yang Mulia Aji Muhammad Jarnawi atau Sultan Muhammad Alamsyah III, menyampaikan pentingnya kolaborasi semua pihak untuk melestarikan warisan budaya Paser.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur saat ini telah menggandeng Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Pemerintah Kabupaten Paser, serta Kesultanan Paser untuk bersama-sama menjaga identitas budaya di wilayah yang kini menjadi pusat perhatian nasional.
Salah satu langkah nyata yang telah berjalan adalah penerapan bahasa Paser sebagai muatan lokal (mulok) di sekolah-sekolah, khususnya tingkat dasar. Namun Sultan mengakui bahwa masih ada tantangan besar yang dihadapi, terutama terkait ketersediaan tenaga pengajar yang menguasai bahasa daerah tersebut.
“Untuk mengatasi hal itu, kami berharap para orang tua atau warga yang fasih berbahasa Paser bisa dilibatkan dalam proses belajar mengajar,” ujar Sultan.
Selain pendidikan, Sultan juga menyoroti pentingnya mempertahankan penggunaan nama-nama khas Paser untuk jalan, sungai, dan tempat-tempat lainnya. Menurutnya, nama-nama lokal merupakan simbol identitas dan penghormatan terhadap sejarah serta budaya setempat.
Ia juga menekankan perlunya pelestarian hutan adat yang menyimpan nilai budaya dan ekologis tinggi, seperti keberadaan pohon ulin serta madu hutan yang menjadi bagian dari kekayaan alam masyarakat Paser.
“Ini adalah warisan untuk anak cucu kita. Jangan sampai kekayaan budaya dan alam kita tergeser oleh pembangunan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Sultan juga mendorong pengembangan seni budaya tradisional, seperti tarian ronggeng khas Paser, agar bisa dikenal hingga tingkat nasional.
“Budaya bukan untuk membedakan, tapi justru untuk mempersatukan. Di mana pun kita berada, budaya lokal harus dijaga dan dihormati,” pungkasnya.







