Budaya Paser Miliki Tiga Pilar Warisan Leluhur, Disbudpar PPU Dorong Pelestarian Unik Tiap Unsurnya

PENAJAM – Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dikenal sebagai salah satu wilayah yang kaya akan keragaman budaya suku Paser.

Budaya Paser memiliki keberadaan tiga pilar kebudayaan yang terintegrasi dalam satu entitas budaya, yakni keraton, pesisir, dan pedalaman.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) PPU, Christian Nur Selamat, menjelaskan bahwa keunikan ini menjadikan suku Paser sebagai salah satu yang memiliki dimensi budaya paling lengkap di Kalimantan.

“Kalau suku lain seperti Dayak, budaya mereka hanya berkembang di pedalaman. Begitu juga dengan suku Melayu atau Bajau, yang hanya di pesisir. Tapi suku Paser punya tiga unsur sekaligus: budaya pesisir, budaya pedalaman, dan budaya keraton,” jelasnya.

Christian menambahkan, secara historis, budaya Paser memang berkembang dari wilayah yang kini masuk dalam administratif Kabupaten Paser. Namun, identitas budaya yang terbentuk di PPU tetap memiliki ciri khas tersendiri dan tidak bisa dipisahkan dari sejarah peradaban Paser secara keseluruhan.

Untuk budaya pedalaman, Kabupaten PPU secara konsisten menjaga dan melestarikannya melalui Festival Adat Nondoi, yang menjadi salah satu agenda tahunan daerah dan menyuguhkan ritual adat belian Paser sebagai daya tarik utama.

Sementara untuk budaya pesisir, sempat berkembang beberapa perayaan seperti Festival Buen dan Festival Gilang Benuo Taka. Namun, saat ini sebagian kegiatan tersebut tidak lagi rutin digelar karena berbagai kendala, salah satunya beralihnya pengelolaan ke pihak luar dan tidak berada langsung di bawah Disbudpar.

“Dulu Festival Buen bahkan sempat dikenal di tingkat internasional karena dikelola oleh Jaringan Kampung atau Japung. Tapi sekarang tidak aktif lagi, mungkin karena ada dinamika internal mereka. Kegiatan itu sifatnya swakelola, jadi di luar kewenangan kami,” kata Christian.

Dengan kondisi tersebut, Festival Nondoi saat ini menjadi satu-satunya kegiatan budaya tahunan yang masih aktif dihelat secara rutin oleh pemerintah daerah untuk menjaga warisan leluhur suku Paser, khususnya dari unsur pedalaman.

Disbudpar PPU sendiri terus mendorong upaya pelestarian budaya di berbagai lini, baik melalui regulasi daerah, pembinaan komunitas budaya, hingga pengembangan potensi wisata berbasis kearifan lokal.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *