PENAJAM – Setiap motif batik yang diproduksi Batik Bulau Sayang bukan sekadar hiasan visual. Di balik pola dan warna, tersimpan cerita dan filosofi dari budaya suku Paser.
Komitmen itulah yang dipegang teguh oleh Ida Tuti Rusintan, pemilik Batik Bulau Sayang, yang sejak 2018 konsisten mengangkat nilai-nilai lokal ke atas kain batik.
“Motif kami selalu mengandung unsur budaya Paser. Salah satunya yang terbaru adalah motif Mayang Asore Tupak, Lapa Asore Nanggar. Artinya berbeda-beda tetap satu, selaras dengan semboyan suku Paser,” ujar Ida.
Motif tersebut menggabungkan berbagai unsur budaya seperti kepala rusa, ruang walu, mayang, hingga sarung bolong ke dalam satu desain utuh yang mencerminkan keberagaman dan harmoni.
Tak hanya menawarkan kain, Batik Bulau Sayang juga menerima pemesanan pakaian jadi meskipun produksinya belum banyak. Produk dengan motif rusa sambar menjadi salah satu yang paling diminati karena dianggap sangat merepresentasikan PPU.
Meskipun komunitas ini masih beranggotakan sembilan orang dan menghadapi tantangan SDM, Ida tetap optimistis. Ia percaya bahwa dari masyarakat Paser sendirilah semangat untuk menjaga warisan budaya harus tumbuh.
“Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi? Kami ingin budaya Paser tetap hidup, bahkan lewat hal sederhana seperti motif batik,” tutupnya.