Error: Invalid or missing Google Analytics token. Please re-authenticate.

Senam Ronggeng Mulai Diperkenalkan di Sekolah, Namun Belum Jadi Kegiatan Wajib - Beritakaltimterkini.com

Senam Ronggeng Mulai Diperkenalkan di Sekolah, Namun Belum Jadi Kegiatan Wajib

PENAJAM – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mulai memperkenalkan senam ronggeng sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya lokal di lingkungan sekolah. Meski belum diwajibkan, senam tradisional ini telah diperkenalkan sejak beberapa tahun terakhir di tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar PPU, Christian, mengatakan bahwa senam ronggeng telah mulai dipraktikkan di sejumlah sekolah sejak tahun 2020. Kehadiran senam ini bertujuan untuk mengenalkan seni gerak tradisional kepada pelajar sejak dini melalui pendekatan yang menyenangkan.

“Sudah sebenarnya sudah diterapkan, tapi keberlanjutan dan apresiasinya masih perlu ditingkatkan. Kami mengakui penerapannya belum maksimal karena sifatnya masih berupa imbauan, belum diwajibkan,” ujar Christian saat dikonfirmasi di Penajam, Selasa (29/7/2025).

Menurutnya, senam ronggeng memiliki nilai edukatif yang tinggi karena menggabungkan unsur budaya lokal dalam bentuk gerakan yang mudah diikuti. Disbudpar menciptakan dua versi senam ronggeng, yakni versi pertama dan kedua, sebagai bentuk inovasi agar lebih variatif dan menarik bagi pelajar.

Christian menjelaskan, pengenalan senam ronggeng dilakukan melalui kerja sama dengan Dinas Pendidikan. Namun, karena kewenangan pendidikan dasar dan menengah pertama berada di ranah pemerintah kabupaten, Disbudpar hanya dapat memberikan rekomendasi atau imbauan.

“Senam ini juga kami konsultasikan ke sekolah-sekolah, terutama SD dan SMP, karena itu ranahnya di daerah. Kami ingin budaya ini bisa dikenali dan dicintai sejak dini,” ungkapnya.

Disbudpar menilai senam ronggeng merupakan salah satu cara efektif untuk mengintegrasikan budaya lokal ke dalam kegiatan harian sekolah, tanpa menambah beban kurikulum. Selain itu, senam ini juga dapat menggantikan atau melengkapi senam modern yang selama ini lebih dominan.

Meski belum ada aturan yang mewajibkan senam ronggeng di seluruh sekolah, Christian berharap ke depan akan ada regulasi yang memperkuat posisi kegiatan budaya dalam kurikulum muatan lokal, khususnya di wilayah PPU.

“Setidaknya ini jadi langkah awal agar budaya kita tidak hanya dilihat sebagai hiburan, tapi juga sebagai identitas yang dibentuk sejak masa sekolah,” tambahnya.

Christian menekankan pentingnya sinergi antara sektor kebudayaan dan pendidikan agar program-program pelestarian seperti ini bisa berjalan konsisten. Ia berharap pihak sekolah semakin terbuka terhadap pengembangan kegiatan budaya lokal sebagai bagian dari pendidikan karakter.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *