PENAJAM – Festival Belian Adat Paser Nondoi yang selama ini menjadi salah satu ikon kebudayaan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terancam tak semeriah biasanya. Pasalnya, keterbatasan anggaran membuat pelaksanaan tahun ini harus mengalami banyak penyesuaian.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) PPU, Christian Nur Selamat mengatakan, festival budaya yang masuk kalender nasional ini sebelumnya selalu dipadukan dengan gelaran Tanjong Penajo. Namun, tahun ini acara pendamping tersebut tak dapat digelar.
“Sekarang kita hanya bisa melaksanakan Festival Nondoi saja. Biasanya ada Tanjong Penajo di hari kedua, tetapi kali ini tidak ada karena keterbatasan dana,” ungkap Christian.
Festival Nondoi yang pernah berlangsung hingga lima hari juga terpaksa dipangkas durasinya.
“Dari anggaran Rp300 juta, kemungkinan hanya cukup untuk tiga hari pelaksanaan,” tambahnya.
Christian menegaskan, PPU sebenarnya memiliki potensi kebudayaan yang besar, terlihat dari banyaknya sanggar seni yang aktif. Namun, perhatian pemerintah terhadap sektor ini dinilai masih minim jika dibandingkan dengan daerah lain.
“Kalau kita bandingkan dengan Kalimantan Barat, misalnya. Mereka bisa mengalokasikan 10 persen APBD untuk kebudayaan,” ujarnya.
Ia juga menyayangkan keterbatasan dana yang berimbas pada partisipasi sanggar seni lokal.
“Banyak sanggar yang mengandalkan swadaya, jadi kalau tidak ada dukungan biaya, mereka keberatan untuk tampil,” kata Christian.