PENAJAM — Tradisi dan kebudayaan masyarakat Paser kembali mendapat panggung dalam Festival Belian Adat Nondoi 2025 yang digelar di Rumah Adat Rekan Tatau, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Acara berlangsung selama enam hari, mulai 3 hingga 8 November 2025.
Festival yang dikenal sebagai ajang pembersihan diri dan ungkapan rasa syukur ini dibuka resmi pada Senin (3/11/2025). Prosesi pembukaan ditandai dengan pemotongan tebu sebagai simbol penerimaan tamu dan persaudaraan dalam adat Paser.
Ratusan penari tampil memukau dalam pembukaan dengan menampilkan tarian adat Paser dan berbagai tarian daerah dari penjuru Nusantara. Tahun ini, festival mengangkat tema “Jakit Aso Erai Siret, Dalai Aso Erai Urai” yang bermakna “Satu Ikatan Sebangsa dan Satu Tanah Air.”
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) PPU, Andi Israwati Latief, menyampaikan bahwa tema tersebut menegaskan semangat kebersamaan dalam keberagaman, sejalan dengan filosofi Bhinneka Tunggal Ika.
“Tema ini menggambarkan tekad masyarakat untuk terus menjaga toleransi dan memperkuat persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Ia menjelaskan, Festival Nondoi merupakan bagian dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mencakup sepuluh objek pemajuan kebudayaan seperti adat istiadat, ritus, seni, permainan rakyat, dan warisan budaya tak benda.
Lebih lanjut, Andi menyebut tahun ini Festival Nondoi menjadi satu-satunya agenda kebudayaan daerah yang tetap digelar di tengah efisiensi kegiatan. Namun, hal itu tidak mengurangi makna dan semangat pelestarian budaya.
“Meski tahun ini kegiatan kebudayaan mengalami penyesuaian, Festival Nondoi tetap kita laksanakan karena menjadi simbol warisan budaya Paser yang perlu dijaga dan diteruskan,” jelasnya.
Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kearifan lokal di tengah dinamika pembangunan dan modernisasi.
“Selain memperkenalkan budaya kepada generasi muda, festival ini juga menjadi sarana mempererat hubungan antarwarga dan memperkuat identitas daerah,” tutupnya.







