PENAJAM – Praktik self diagnosis yang semakin marak di kalangan masyarakat, terutama melalui informasi di media sosial seperti TikTok.
Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Ratu Aji Putri Botung (RAPB), dr. Andi Asriani Arief, Sp.KJ, menilai hal ini tidak tepat dan bisa berdampak negatif bagi kesehatan mental.
Dia juga menekankan pentingnya mencari bantuan langsung ke tenaga profesional daripada melakukan diagnosa sendiri. Menurutnya diagnosis sendiri atau self diagnosis bisa membuat orang salah paham dan keliru dalam penanganan, bahkan bisa berlebihan atau justru kurang dari yang dibutuhkan.
“Self-diagnosis tidak pernah bagus, mereka hanya memahami sesuai yang mereka baca tanpa ada pemeriksaan dari ahli,” katanya.
Dikatakan, banyak informasi di media sosial yang disampaikan oleh orang tanpa latar belakang psikiatri, padahal beberapa informasi tentang psikiatri, terutama mengenai obat-obatan sering dinilai salah.
Menurutnya, self-diagnosis tanpa tindakan lanjutan atau terapi yang tepat tidak dapat membantu pemulihan kesehatan mental. Gangguan psikiatri adalah kondisi yang bisa diobati dan bukan sesuatu yang akan hilang dengan sendirinya.
“Kalau merasa ada yang berbeda atau ada sesuatu yang membuat tidak nyaman, sebaiknya langsung ke profesional. Jangan sampai salah langkah hanya karena informasi yang kurang tepat,” tutup dr. Andi.
Selain itu, dr. Asri menjelaskan stigma negatif tentang obat psikiatri yang dianggap menyebabkan ketergantungan, kerap membuat pasien enggan mengikuti anjuran medis.
“Memang ada obat dengan risiko ketergantungan, tetapi penggunaannya sudah diatur secara ketat dan disesuaikan dosisnya sesuai kebutuhan pasien,” tambahnya.







