PENAJAM – Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Andi Singkerru, menjelaskan bahwa permasalahan anak putus sekolah di wilayahnya disebabkan oleh berbagai faktor, terutama masalah ekonomi dan sosial budaya.
Menurut Andi Singkerru, data dari bidang PAUD menunjukkan bahwa banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan formal. Salah satu penyebab utamanya adalah faktor ekonomi.
“Kemungkinan besar faktor ekonomi, sehingga ada memang yang tidak mau sekolah,” jelasnya, Senin (01/9/2025).
Untuk mengatasi kondisi ini, Disdikpora PPU menyediakan program sekolah paket, seperti Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA). Program ini diakui secara nasional dan menjadi solusi bagi mereka yang tidak bisa menempuh jalur pendidikan formal.
“Kita menyediakan paket itu berdasarkan terbukanya secara nasional dan diakui juga,” tambahnya.
Andi Singkerru menambahkan bahwa isu putus sekolah tidak hanya disebabkan oleh keterbatasan finansial. Ia menemukan banyak kasus di mana anak-anak berhenti sekolah karena sudah merasa nyaman mencari uang sendiri.
“Ada juga yang tidak mau sekolah karena sudah mengenal cari uang, jauh lebih enak dia rasa punya uang, berpenghasilan sendiri,” ujarnya.
Kecenderungan ini menunjukkan adanya pergeseran prioritas, di mana nilai pendidikan formal kalah dengan daya tarik mendapatkan penghasilan instan. Selain itu, faktor sosial dan budaya juga disebutnya sebagai penyebab lain yang masih perlu digali lebih dalam.
Disdikpora PPU berkolaborasi dengan berbagai lembaga untuk mengidentifikasi secara mendalam alasan di balik isu ini.
“Krusial untuk menggali lebih dalam alasan di balik permasalahan tersebut,” ungkap Andi Singkerru.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran komprehensif agar dapat merumuskan solusi yang efektif dan tepat sasaran. Data yang terkumpul akan menjadi landasan untuk langkah penanganan yang lebih baik di masa depan.
Melalui sinergi ini, Disdikpora PPU berkomitmen untuk memastikan setiap anak dan remaja di PPU memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak, terlepas dari tantangan ekonomi, sosial, maupun budaya yang mereka hadapi.(Adv)
Penulis: Ayu







