PENAJAM – Wakil Ketua Komisi II DPRD Penajam Paser Utara (PPU), Sujiati, menegaskan pentingnya membangun kemandirian petani tambak dalam menghadapi tantangan di sektor perikanan dan kelautan.
Menurutnya, beberapa petani tambak di ppu sudah mulai menerapkan sistem apartemen kepiting, yakni metode penggemukan kepiting kurus sebelum dijual. Harga kepiting yang telah digemukkan dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan kepiting yang berasal dari luar daerah. Namun, kendala utama yang dihadapi adalah ketersediaan kepiting kurus sebagai bahan baku.
“Masalahnya mencari kepiting kurus juga tidak mudah. Selain itu, kebutuhan harian membuat petani seringkali kesulitan menunggu proses penggemukan selama sekitar 15 hari,” jelas Sujiati.
Melihat hal ini, ia berharap ada dukungan pengadaan benih kepiting dari balai benih untuk membantu kesinambungan usaha petani tambak. Selain itu, dalam sektor tambak ikan, Sujiati juga aktif membantu mempermudah akses petani untuk mendapatkan pupuk, karena sebagian besar tambak bandeng di PPU masih mengandalkan ekosistem alami tanpa pemberian pakan tambahan.
Terkait tantangan di sektor ini, Sujiati mengakui hambatan yang dihadapi cukup besar. Namun, ia optimistis hasil yang bisa dicapai jauh lebih besar asalkan petani tambak didorong untuk menjadi lebih mandiri.
“Kami ingin membina kelompok-kelompok nelayan dan petani tambak ini hingga mereka bisa mandiri. Kalau sudah mandiri, kita lepas. Kalau terus menerus bergantung pada bantuan, mereka tidak akan berkembang,” tegasnya.
Sujiati juga menekankan bahwa pemerintah dan legislatif memiliki batas waktu dan sumber daya. Oleh sebab itu, pembinaan kemandirian menjadi langkah strategis agar sektor tambak dan perikanan di PPU terus tumbuh secara berkelanjutan.